Dampak Ekonomi Kritis Rusia Versus Ukraina

patromaks – Dunia yang makin tersambung pasti bisa membuat pengurangan PDB ekonomi global ikut berpengaruh ke perekonomian Indonesia.

Pada Januari lalu, IMF meramalkan kemajuan ekonomi tahun ini 5,6% ataupun lebih rendah 0,3% dibanding prediksi awalnya. Dalam pada itu, sasaran yang tercantum pada Bujet Penghasilan dan Berbelanja Negara (APBN) 2022 terdaftar 5,2%. Dan untuk kwartal pertama ini, Kementerian Keuangan memproyeksikan ekonomi akan tumbuh 4,5% sampai 5,2% secara tahunan.

Dampak ke-2 dari perang di Ukraina ialah peningkatan harga beberapa komoditas. Dimulai dari gandum, batu bara sampai minyak mentah. Dalam tulisan ini, penulis cuman konsentrasi pada harga “emas hitam” pada ekonomi dunia dan Indonesia.

Pengamat Ekonomi dan Founder PT Bina Investama Global

‘No matter what political reasons are given for war, the underlying reason is always economic’ Cuplikan di atas keluar mulut Alan John Percivale Taylor, seorang reporter terpenting asal Inggris , beberapa puluh tahun lalu. Walau begitu, kalimat Taylor berkaitan tiap ada perangan yang terjadi antarnegara atau antaraliansi di dunia sama seperti yang terjadi sekarang ini di Ukraina.

Bila ditranslate secara bebas, cuplikan Taylor lebih kurang ini:Apa saja argumen politik yang memicu sebuah peperangan, argumen sebetulnya selalu ekonomi. Berbicara masalah perang dan ekonomi sebagai dampak dari agresi Rusia ke Ukraina, karena itu tidak bisa dilepaskan dari 1 kata, yakni ketidakjelasan.

Peperangan di timur Eropa sudah menambahkan jejeran ketidakjelasan ekonomi global yang awalnya dipacu oleh revolusi industri 4.0 sampai wabah Covid-19 yang belum memperlihatkan pertanda akan usai. Ketidakjelasan global tentunya akan membuat ketidakjelasan beberapa negara dunia, terhitung Indonesia, semakin bertambah.

Muara dari itu semua kelihatan pada kemajuan ekonomi global tahun ini. Pada Januari lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) telah memotong prediksi perkembangan ekonomi global 2022 dari 4,9% jadi 4,4%. Pemotongan itu tidak lepas dari wabah Covid-19, terutamanya kendala karena penebaran virus Corona galur Omicron di beberapa negara terhitung Indonesia.

IMF belum melaunching prediksi terkini kemajuan ekonomi global tahun ini. Namun, Direktur Eksekutor IMF Kristalina Georgieva sudah memberi signal lewat sebuah pengakuan pada 24 Februari lalu jika perang di Ukraina akan memberi resiko yang berarti pada teritori dan dunia.

Saat tulisan ini dibikin, harga minyak sudah ada di atas USD100 per barel. Walau sebenarnya, harga “emas hitam” awalnya cuman ada di range USD50-60 per barel. Beberapa negara mulai meningkatkan harga BBM. Di Indonesia, peningkatan harga mulai terlihat pada BBM yang dipasarkan SPBU asing seperti Shell.

Dampak Ekonomi Kritis Rusia Versus Ukraina

Dalam pada itu, PT Pertamina (Persero) belum meningkatkan harga karena penaikan harga baru dilaksanakan per 12 Februari 2022 untuk beberapa jenis BBM nonsubsidi seperti Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex. Hal tersebut didasari oleh Keputusan Menteri ESDM di mana bentang peningkatan berbeda setiap daerah tanah air, dimulai dari Rp 1.500 sampai Rp 2.650 per liter.

Saat harga minyak naik, karena itu ongkos produksi barang atau jasa akan alami peningkatan. Begitu halnya biaya logistiknya. Rambatannya akan kelihatan di tingkat customer sampai memacu inflasi atau bahasa simpelnya peningkatan harga barang dan jasa. Harga-harga yang naik pasti harus diperhitungkan karena beban warga mempunyai potensi semakin bertambah. Walau sebenarnya, permasalahan kelangkaan sampai tingginya harga minyak goreng juga belum tersudahi sampai sekarang ini.

Respons Pemerintah

Merujuk ke dinamika yang ada, lalu apa yang perlu dilaksanakan pemerintahan memberi respon keadaan sekarang ini? Yang pertama dan khusus ialah jaga konsumsi warga. Sudah diketahui, ekonomi tanah air masih bertopang ke konsumsi rumah tangga, jika merujuk ke perhitungan produk lokal bruto (PDB) versus Tubuh Pusat Statistik (BPS).

Proporsinya capai 56-58% dari keseluruhan PDB. Itu maknanya, pemerintahan perlu pastikan supaya daya membeli warga selalu terlindungi. Dalam info jurnalis lewat virtual, Selasa (1/3), BPS memberikan laporan terjadi deflasi di bulan Februari 2022 sebesar 0,02%. Tetapi, inflasi pokok capai 0,2% atau memiliki arti keinginan pada komoditas masih tinggi.

Selainnya pastikan supaya beberapa program terkenal jenis Program Keluarga Keinginan (PKH) sampai Kontribusi Sosial Tunai (BST) masih tetap berjalan dengan baik, pemerintahan dapat jaga supaya harga bahan bakar minyak (BBM) tidak naik walau harga minyak dunia melejit.

Salah satunya cara yang bisa dilaksanakan jaga harga keekonomian BBM bantuan. Pantas dikenang, merujuk ke perhitungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), peningkatan USD1 dolar per barel minyak berpengaruh ke beban ganti rugi BBM Rp2,65 triliun dan elpiji Rp1,47 triliun.

Dalam pada itu keseluruhan bantuan BBM dan elpiji dalam APBN 2022 sejumlah Rp77,5 triliun pada harga dasar Indonesian Crude Price (ICP) USD63 per barel. Cara ke-2 yang juga sangat penting ialah optimasi peranan Team Pengontrol Inflasi Nasional (TPIN) dan Team Pengontrol Inflasi Wilayah (TPID). TPIN dan TIPD sebagai team yang bekerja mengawasi dan mempersiapkan beberapa langkah untuk menangani persoalan inflasi terutamanya di wilayah. Team pengaturan inflasi pada tingkat pusat sendiri telah ada semenjak 2005.

Sudah diketahui, peningkatan harga barang dapat dipacu oleh tindakan penumpukan. Berkaca ke kasus penumpukan juta-an liter minyak goreng di Sumatera Utara beberapa lalu, team harus pastikan supaya tidak ada penumpukan BBM atau elpiji. Karena, saat ada yang menumpuk, karena itu suplai di pasar tradisionil atau kekinian terhalang sampai berbuntut ke peningkatan harga di tingkat customer.

Karena itu, cara hukum tegas perlu diambil ke beberapa penjahat yang cuman pikirkan profit usaha semata-mata bukannya kebutuhan khalayak luas. Dengan demikian, muncul dampak kapok hingga kejadian sama tidak terulang lagi. Di titik berikut ikut serta warga dapat diikutkan untuk inflasi dan daya membeli yang terbangun.

Pada akhirannya, kita pasti mengharap supaya perdamaian selekasnya terjadi di Ukraina. Karena, perang bukan hanya makan korban masyarakat tidak berdosa semata-mata, tetapi ekonomi dunia sebagai taruhan.