Idul Fitri, Pucuk Beribadah yang Menjadikan satu dan Memperkuat

patromaks – Bersama komune muslim di penjuru dunia, umat Islam Indonesia mulai menyambut dan selekasnya rayakan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 Hijriah. Sebagai kelebihan yang mempersatukan, Idul Fitri jadi pucuk beribadah puasa bulan suci Ramadhan.

Dihayati sebagai Hari Kemenangan, Idul Fitri juga mendatangkan kebahagiaan karena jadi peristiwa bergabung dengan keluarga dan famili. Serangkaian aktivitas ke arah perayaan Idul Fitri sampai adat mudik ialah pucuk kebersama-samaan yang mempersatukan.

Kebersama-samaan dan persatuan itu telah diwujudkan semenjak umat bersama memulai puasa Ramadhan. Umat melakukan sholat tarawih bersama, tadarus bersama, dan melakukan aktivitas beribadah yang lain juga bersama.

Kuatnya kebersama-samaan dan persatuan itu terus berproses saat warga lakukan aktivitas amal, dan saat perjalanan mudik ke arah desa halaman untuk berjumpa sanak saudara. Semua terukir cantik karena umat konsentrasi menyambut Hari Kemenangan.

Semua aktivitas amal yang dikerjakan sepanjang bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri selalu memiliki sifat kelompok. Dari aktivitas amal itu, tercermin karakter bergotong-royong umat. Bulan suci ramadhan selalu munculkan semangat dan kemauan untuk sama-sama menolong buat merealisasikan semua amaliyah.

Mereka yang berlebihan menolong yang miskin, yang berpunya menolong yang fakir. Ada amal jariah, sedekah, dan zakat yang semua memperlihatkan semangat kepedulian dan menolong sama-sama yang memerlukan. Praktek aktivitas amal ini dibuntel dengan kearifan lokal.

Arah intinya ialah semuanya orang dapat rayakan Idul Fitri dengan senang, gembira, dan terlepas dari masalah-urusan yang memperberat. Itu penyebabnya, bulan suci Ramadhan dimengerti dan diartikan sebagai bulan penuh karunia. Karena, pada momen tersebut diwujudkan kesatuan dan persatuan untuk menolong mereka yang kurang kuat.

Ditambah, kepedulian pada sama-sama direalisasikan dengan ketulusan gotong-royong sebagai arwah penerapan puasa Ramadhan ke arah hari yang fitri. Sama-sama umat Islam sebenarnya bersaudara dalam iman dan bersaudara dalam kemanusiaan dengan umat nonmuslim.

Umat memahami jika akar lain dari Idul Fitri ialah tekad untuk perduli. Watak perduli, yang sebenarnya menjadi watak bangsa, sebaiknya kembali digelorakan di saat hadirnya Idul Fitri. Mereka yang berlebihan share lewat infak, sedekah, dan zakat.

Sidang Isbat Penentuan 1 Syawal 1443 H Diadakan Kelak Sore

Idul Fitri, Pucuk Beribadah yang Menjadikan satu dan Memperkuat

Sidang Isbat (penentuan) 1 Syawal 1443 Hijriah akan diadakan oleh Kementerian Agama (Kemenag) pada Minggu, 1 Mei 2022 petang. Sidang yang berjalan di Auditorium HM Rasjidi Kementeran Agama ini akan didului dengan Seminar Penjabaran Status Hilal yang dikatakan Team Unifikasi Kalender Hijriah Kemenag.

Menurut Dirjen Bimas Islam Kemenag Kamaruddin Amin, sidang isbat menimbang info awalnya berdasar hasil penghitungan secara astronomis (hisab) dan hasil verifikasi lapangan lewat proses pengawasan (rukyatul) hilal. Secara hisab, semua mekanisme setuju jika ijtimak mendekati Syawal jatuh pada Ahad, 1 Mei 2022 M atau bersamaan dengan 29 Ramadhan 1443 H.

“Kemenag akan melangsungkan rukyatul hilal pada 99 titik di semua Indonesia. Rukyatul hilal itu akan dikerjakan oleh Kanwil Kementerian Agama dan Kemenag Kabupaten/Kota, bekerja bersama dengan Peradilan Agama dan Organisasi masyarakat Islam dan lembaga lain,” ucapnya.

Ia menambah, hasil rukyatul hilal yang sudah dilakukan ini seterusnya akan disampaikan sebagai bahan pemikiran Sidang Isbat Awalnya Syawal 1443 H Sidang isbat awalnya Syawal 1443 H gagasannya didatangi beberapa Duta Besar Negara Teman dekat, Komisi VIII DPR RI,

Mahkamah Agung, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tubuh Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Tubuh Info Geospasial (BIG), Bosscha Institut Tehnologi Bandung (ITB), Planetarium, Ahli Falak dari Ormas-ormas Islam, Instansi dan lembaga berkaitan,

Anggota Team Unifikasi Kalender Hijriah Kementerian Agama, dan Pimpinan Organisasi Bungkusyarakatan Islam dan Pondok Pesantren. “Sidang akan diadakan secara hybrid, yaitu online dan offline. Beberapa peserta datang di lokasi acara, beberapa ikuti lewat cara online lewat zoom rapat,” kata Kamaruddin.