Kembali lagi ke Akar, Mempelihara Daun

patromaks – Akar memang sebagai pertanda kehidupan tanaman Akar ialah dasar, pokok kehidupan pohon, sisi terikuth yang terselinap cuman menyembul sisi luar di atas tanah.

Akar yang membuat tanaman hidup dan berdiri atau menjalar. Akar salurkan semua pupuk dan air dan membagikan ke sisi lain tumbuhan, seperti tangkai dan daun. Tapi tanaman bukan hanya akar. Akar tidak sendirian. Akar bukan salah satu yang paling penting. Ada daun, tangkai, cabang dan ranting. Semua itu wajib karena tanaman itu diperlengkapi bagian-bagian untuk menyokong kehidupan.

Itu tanaman dengan semua bagiannya. Ibaratnya di kehidupan manusia, akar ialah jati diri, asal mula, dan dasar siapa kita dalam warga. Manusia tidak berdiri dengan sendiri, bukan hanya satu pribadi. Tapi manusia selalu hidup dalam barisan, seperti semut, burung, ikan-ikan, dan beberapa binatang lain. Satu barisan terlilit identitas primordial, berbentuk asal mula wilayah, etnis, agama, organisasi, mazhab, bahasa, dan parpol. Akar ialah yang mendifiniskan siapa kita. Tapi manusia bukan tanaman, meskipun dapat ambil perumpamaan tanaman untuk kehidupan manusia.

Manusia lebih sulit dari tanaman yang tidak dapat beralih dari 1 tempat ke arah tempat lain, tidak dapat berbahasa, dan tidak dapat meningkatkan beberapa alat seperti manusia. Manusia tersebut ialah tipe hewani, seperti sudah diakui oleh beberapa pemikir beberapa ribu tahun lalu. Manusia telah dideteksi memiliki banyak kesamaan dengan mamalia lain. DNA manusia banyak memiliki kesamaan dengan hewan sekerabat, satu keluarga, dan yang jauh seperti reptilia. Bahkan juga dengan tumbuhan juga manusia tersambung, dalam tuntutan hidup dan pada akhirnya sama-sama bekerja bersama. Manusia dan tumbuhan sama-sama memerlukan dan sama-sama lengkapi.

Kembali lagi ke akar untuk warga, pribadi, dan kumpulan-kumpulan manusia ialah kembali ke jati diri primordial. Tapi siapa kita? Manusia terus mendeskripsikan dianya. Sebagai invidu kita berkembang dari 1 keakuan ke keakuan lainnya. Lahir dan tumbuh dari wilayah tertentu dapat berbentuk dusun atau kota, kita berafiliasi dalam KTP masing-masing dengan tempat kelahiran itu. Tapi saat telah bergerak dewasa tidak hanya cukup jadi masyarakat dusun atau kota. Kita beralih satu tempat ke arah tempat lain untuk perubahan pengajaran, karier, usaha, persahabatan, dan semua yang terkait dengan kehidupan.

Kembali lagi ke Akar, Mempelihara Daun

 

Kembali lagi ke Akar, Mempelihara Daun

 

Manusia beridentitas banyak. Manusia memiliki pengalaman unik dan semakin bertambah terus. Identitas kita tidak satu. Ini yang membandingkan manusia dengan pohon, dan binatang lain. Mereka identitasnya tetap sama, dan tidak membuat bertambah identitas lain. Jati diri manusia berkembang. Kembali lagi ke akar untuk manusia tak berarti memungkiri akar-akar lain, dan tidak lupakan perubahan manusia, dan jati diri bukan harga mati jadi punya barisan atau asal mula: agama, etnis, bahasa, dan wilayah. Kembali lagi ke akar dapat berefek bila disimpulkan sebagai fanatisme pada akar tertentu, hingga akar-akar lain tidak dapat diperhitungkan. Akar lain ditampik.

Akar lain dimatikan. Akar lainnya dipotong. Apa lagi bila lupakan tangkai, ranting, dahan, dan elemen lain. Pohon saja sarat dengan akar, dan pecah. Akar khusus, akar cabang, akar menjulur, akar ke bawah, dan akar yang terlihat. Begitupun akar jati diri manusia, banyak dan bervariatif. Manusia tidak berakar satu. Manusia memiliki banyak akar. Akar manusia terus bertamban dan tidak stop, seperti akar tumbuhan tumbuh kuat ke, ke samping, dan kadangkalai jadi membesar terlihat di luar. Identitias manusia pun demikian.

Terkadang kelihatan, sering terselinap seperti akar di tanah. Tapi identitas masih tetap banyak. Terkadang telah dewasa juga masih berharap identitas lain. Berikut jati diri pohon, dan jati diri manusia. Sama-sama kompleksnya. Lebih sulit kembali untuk manusia, karena tidak pasif dan selalu bergerak dan tumbuh. Manusia tidak statis, tapi beralih-pindah, dari kepercayaan, ideologi, pengajaran, karier dan pertemanan. Identitas manusia beralih-alih. Berikut dasar dari inklusifivisme dan kebhinekaan.

Balik lagi pada elemen pohon. Akar menyokong tanaman, tanpa akar tanaman tidak hidup. Tapi tanaman membutuhkan daun untuk menarik energi matahari buat proses fotosintesis. Tangkai menyokong dan menyaurlan makanan dari bawah dan atas. Ranting-ranting memberikan tempat pada daun. Bahkan juga oranisme di luar diri pohon, berperanan di kehidupan tanaman. Manusia tidak ubahnya pun demikian. Memerhatikan identitas dasar penting juga, menanyakan siapa kita jadi bahan perenungan dan tutorial hidup: iman, kedaerahan, berkebangsaan, penglihatan hidup, opsi politik.

Tapi janganlah lupa jika kehidupan manusia bak dahan, ranting, daun yang terbuka dengan semua persentuhan di luar kita. Daun-daun bergantung cahaya matahari. Ranting dan pohon di luar dan dapat tumbuh karena banyak konsumsi dari bawah dan di atas. Daun-daun berfotosintesis karena persentuhan dengan alam luas, menyaksikan langit, menyaksikan bintang pada malam hari, dan didera angin dan hujan. Kehidupan manusia tidak ubahnya demikian. Semua factor di luar dianya penting juga selainnya dari dirinya, wilayahnya, bahasanya, dan kepercayaannya. Manusia hidup di dunia, terima kehidupan dari alam luas, baik manusia ataulah bukan manusia. Manusia terbuka dan harus buka diri bak beberapa pohon di rimba, sawah, tepi sungai dan pantai. Kehidupan harus cair, terbuka, dan luas.