Melihat Masa Depan Planet yang Sehat di Museum of the Future Dubai

Patromaks.com – Museum of the Future Dubai memberi deskripsi seperti apakah dunia pada 50 tahun kedepan. Ini jadi perolehan prestasi baru untuk Dubai sebagai negara pertama di Timur tengah sebagai tuan-rumah World’s Fair.

Mahakarya arsitektur mengagumkan Museum of the Future atau Museum Periode Depan di Dubai, Uni Emirat Arab, dibuka untuk umum di hari Jumat (25/02).

Sebuah gedung dengan lantai tujuh yang menyusun deskripsi dunia mimpi dengan manfaatkan energi matahari, jalan keluar yang sering dicari untuk diperkembangkan oleh negara Teluk Arab.

Museum berupa torus dan seperti cincin ini sebagai fenomena design dengan jaringan balok diagonal sebagai alternatif tiang penyangga.

Ukir-pahatan kaligrafi Arab diukirkan pada jendela yang menyelimutinya semua bangunan jadi komponen tambahan yang memikat untuk berkilau cakrawala kekinian Dubai, pemilik bangunan pencakar langit paling tinggi di dunia, Burj Khalifa.

Museum of The Future memproyeksikan tekad Dubai dan kemauannya untuk disaksikan sebagai kota kekinian yang inklusif, walau mekanisme politik mereka masih tetap berakar pada ketentuan temurun dan ada beragam limitasi dalam berekspresif.

Berdirinya museum ini jadi perolehan prestasi baru untuk Dubai, negara pertama di Timur tengah sebagai tuan-rumah World’s Fair.

Museum ini memberi deskripsi seperti apakah dunia pada 50 tahun kedepan. Ini ialah misi yang menegaskan alih bentuk 50 tahun Uni Emirat Arab dari wilayah terasing yang menyelami mutiara, jadi pusat global yang sama-sama tersambung oleh kekayaan minyak dan gas.

“Ini ialah persyaratan penting untuk berkembang cepat karena kami perlu memburu ketinggalan dengan penjuru dunia,” tutur Sarah Al-Amiri, Menteri Negara Sisi UEA untuk Tehnologi dan Ketua Tubuh Antariksa UEA.

“Saat sebelum 1971, (kami) tidak mempunyai jaringan jalan khusus, pengajaran dasar, jaringan listrik, dan lain-lain,” sambungnya.

Melihat Masa Depan Planet yang Sehat di Museum of the Future Dubai

Tawarkan pengalaman berbeda

Museum mengundang pengunjung untuk tersambung kembali dengan indra mereka dan putuskan ikatan handphone mereka, tapi monitor digital dan pengalaman mengucur di semua instalasinya.

Museum ini menggerakkan pengunjung untung berpikiran mengenai kesehatan planet dan keberagaman hayati di kota yang dikenali dengan kemewahan dan konsumerisme.

Al-Amiri menjelaskan jika prinsip museum ialah dorongan ke arah masa datang yang terus-menerus dan planet yang sehat jangan merintangi perkembangan dan kemajuan ekonomi.

Direktur Inovatif Museum of the Future, Brendan McGetrick, menjelaskan jika menangani peralihan cuaca “tak berarti Anda harus kembali menyenangi pola hidup pemburu pengumpul. Anda betul-betul bisa memobilisasi, maju terus, dan terus bereksperimen, tapi itu harus dilaksanakan dengan kesadaran akan jalinan kita dengan planet ini dan jika kita banyak memiliki tugas yang perlu dilaksanakan,” katanya.

Ia menambah, arah museum untuk memberikan inspirasi orang untuk berpikiran mengenai apa yang kemungkinan dan salurkannya ke perlakuan dunia riil.

Service berbasiskan teknologi kepandaian bikinan

Pengunjung Museum of the Future dibantu oleh teknologi kepandaian bikinan namanya “Aya.”

Ia mengundang orang untuk rasakan masa datang dengan taksi terbang, kebun angin, dan dunia yang dilengkapi oleh susunan besar yang mengorbit Bumi, yang manfaatkan energi matahari dan memancarkannya ke Bulan.

“Apa yang kami coba kerjakan ialah membuat seperti misi menarik mengenai apa yang hendak terjadi bila kami memikirkan ruangan untuk sumber daya bersama,” kata McGetrick.

Dampak riwayat Islam di periode lalu

Pelukisan museum diambil dari masa lampau Islam dengan penampilan memikat dari planet-planet di tata surya yang dipetakan oleh astrolab, piranti kompleks yang ditingkatkan oleh umat Islam sepanjang jaman keemasan Islam untuk menolong navigasi, waktu, dan penskalaan langit.

Tapak jejak riwayat Arab mengairi semua museum, terhitung di ruangan meditasi yang tawarkan pengalaman sensorik yang semakin besar yang dibantu oleh getaran, sinar, dan air.

Ke-3 elemen itu menyokong kehidupan beberapa suku di jazirah Arab.

Al-Amiri mengatakan bahwa selalu penting selalu untuk berevolusi dan berkembang dan ketahui segi budaya yang mana sebenarnya gerakkan pembangunan di muka. Membuat norma baru, cara hidup baru, dan cara baru untuk hidup berdekatan adalah hal yang baik.

Pusat pertunjukan museum yang mengagumkan ialah ruangan cermin gelap yang disinari oleh kolom silinder kaca kecil dengan fantasi DNA hewan dan spesies yang sudah musnah, terhitung beruang kutub yang komunitasnya sekarang ini terancam oleh temperatur yang menghangat.

Museum of the Future dibuka untuk umum pada harga ticket $40 (Rp540.000,-) per-orang.
Bangunan museum dikonsep oleh Killa Desain, sebuah firma arsitektur yang berbasiskan di UEA.

Killa Desain mengatakan bangunan yang menghadap jalan raya khusus Dubai ini sudah capai status LEED Platinum, rangking paling atas yang disiapkan untuk design paling irit energi dan ramah lingkungan di dunia.