Menangani Imbas Kekerasan dan Pelecehan dengan Komunikasi

patromaks – Kekerasan seksual di Indonesia masih terjadi, bahkan juga saat pada kondisi wabah juga bertambah secara berarti.

Kekerasan yang sudah dilakukan bermacam, terjadi dalam jalinan individual, jalinan keluarga, dan jalinan professional. Dalam jalinan kekasihan, sering dilaksanakan oleh pasangannya.  Mereka jalani jalinan secara intim, selanjutnya hasil jalinan itu jadi teror untuk salah satunya faksi selalu untuk mengikuti yang diharapkan oleh pasangannya. Begitupun dalam jalinan keluarga, orang paling dekat yang melakukan.

Kenyataannya, korban sebagai kekerasan seksual ialah wanita. Seterusnya, pengertian di antara kekerasan seksual dengan penghinaan seksual mempunyai pemaknaan yang lain. Dalam artikel dengan judul “Labelisasi Pada Penyintas Kekerasan Seksual Dilihat dari Psikologi Sosial”.

penghinaan seksual atau yang umum dikenali sebagai sexual harassment satu diantara wujud kekerasan seksual sebagai permasalahan global sekarang ini, yang mengarah pada beragam sikap berbentuk banyak komentar yang tidak patut seperti panggilan ‘sayang’ s/d pendekatan-pendekatan fisik yang fokus seksual pada tempat kerja, catcalling, dan lain-lain.

Kekerasan seksual sebagai satu perlakuan kekerasan yang berkenaan fisik sampai dapat mengakibatkan kematian. Data World Health Organization (WHO) memprediksi korban kekerasan seksual terjadi pada wanita umur 15-44 tahun.

Bila dibanding dengan gabungan kanker, malaria, dan kecelakaan jalan raya, Catatan Tahunan (Catahu) dari Komisi Nasional Kekerasan pada wanita memperlihatkan angka kekerasan yang tetap bertambah semenjak tahun 2010.

Menangani Imbas Kekerasan dan Penghinaan dengan Komunikasi

 

Menangani Imbas Kekerasan dan Penghinaan dengan Komunikasi

 

Komisi Nasional Wanita (Komnas Wanita) dalam komnasperempuan.go.id mengatakan 15 wujud kekerasan seksual yang diketemukan yaitu setubuhian, gertakan seksual terhitung teror atau eksperimen setubuhian, perbudakan seksual, penghinaan seksual, sampai penganiayaan seksual

Imbas yang diakibatkan dari kekerasan seksual ini memunculkan rugi beberapa hal, salah satunya ialah rugi secara mental, fisik, dan sosialnya. Pada mental, tentu saja akan mempengaruhi proses pembentukkan self-concept-nya yang condong negatif hingga bisa terjadi dampak domino pada self yang lain yaitu esteem, efficacy, dan actualization-nya.

Dalam kata lain, self-concept negatif karena itu self-anxiety-nya positif. Di sini korban akan berasa dianya tidak bernilai kembali hingga tidak tutup peluang untuk bertindak di luar kendalian dianya yaitu bertindak bunuh diri (suicide).

Putri dan Dyah sampaikan dampak dari kekerasan dan penghinaan seksual ini bisa tinggalkan memory yang jelek, oleh karena itu bisa berimplikasi pada mind, bodi, dan soul-nya. Dalam makna, labelisasi dari warga atas seorang yang terusik jiwanya sampai sekarang ini masih jadi persoalan yang paling serius karena stigma negatif yang tercipta dalam masyarakat jika seorang memerlukan psikiater atau psikolog dipandang orang itu tidak sehat dan diasingkan.

Ketahui imbas yang paling berarti dari kekerasan seksual, sangat penting peran keluarga sebagai supporting system-nya untuk menolong lewat pascatraumatik dari sikap itu. Keluarga ialah tempat atau sanctuary pengobatan untuk korban kekerasan seksual.

Di sini keluarga tidak boleh berlaku terlalu berlebih pada korban seperti geram, frustrasi, tidak yakin, dan berasa dikecewakan. Disamping itu, keluarga harus memberi support yang positif jika korban dapat melewatinya, lalu buat cuaca komunikasi yang aman dengan memberi rasa aman serta nyaman.

Korban perlu lingkungan yang ingin terima dan mendengarkannya, hingga selainnya keluarga, peer grup memberi tempat ini untuk mereka. Seterusnya, tidak boleh memberi beberapa kalimat pertanyaan yang memojokkan korban yaitu kapan, di mana, bagaimana, kenapa, dan siapa. Karena kalimat yang negatif begitu akan mengakibatkan korban susah untuk dapat melewatinya.

Maka dari itu, peranan significant others adalah menghargai privacy-nya dengan tidak memaksa atau menggesa-gesa mereka untuk selekasnya berceritanya. Dengan begitu, jika korban dan significant others-nya bisa lewat bersama-sama dan full dukungan maka terbentuk 3MB yakni terima, maafkan, mensyukuri, dan belajar pengalaman dari itu hingga bisa menjadi pengetahuan dan jalinan yang terikat makin kuat dan positif.