Menelusuri Cerpen-cerpen Religius

patromaks.com – Untuk angkatan milenial, bisa saja nama penulis buku ini kurang demikian dekat. Ini karena sepanjang 2009-2019 Marwanto seolah lenyap dari ajang sastra. Sebetulnya sastrawan Yogyakarta ini telah lumayan lama berpengalaman di dunia sastra. Semenjak 2006 dia gerakkan kegiatan sastra di wilayahnya, tetapi “takdir” mewajibkan dia jadi pelaksana pemilu sepanjang satu dekade.

Pada tahun 2019, saat pensiun dari komisioner KPU Kulonprogo, dia kembali lagi ke komunitasnya. Tetapi Marwanto tidak sekedar come-back di dunia sastra. Dia kembali dengan prestasi. Beberapa perolehan dia capai sepanjang 3 tahun bergiat kembali di dunia sastra. Puisinya yang dengan judul “Celengan Jago Peninggalan Ibu” raih juara pertama lomba cipta puisi Minggu Literatur Bank Indonesia tahun 2020.

Lalu dua cerpennya menyikat juara lomba cerpen tingkat nasional: “Wewangian Harum Anak-anak Serambi” (Kampus Negeri Malang Jawa Timur, 2021) dan “Keturunan Wongso Pangkas” (Institut Seni Indonesia Padang Sumatera Barat, 2021). Buku ini sebagai kumcernya yang ke-3 . Awalnya dia mengeluarkan Hadiah Kemenangan (Sabdamedia, 2016) dan Hujan Sudah Jadi Logam (Interlude, 2019).

Buku ini terdiri dari 5 belas cepen yang dicatat dalam kurun waktu lumayan panjang (2004 sampai 2021). Dari 15 cerpen, dua belas salah satunya pernah termuat media bikin dan online (Kedaulatan Rakyat, Minggu Pagi, Koran Merapi, Majalah Gong, Basabasi, dan Cendana.news), dua cerpen tidak pernah termuat media dan satu cerpen memenangkan lomba sastra tingkat nasional.

Ciri-Ciri Cerpen Yang Bagus Ialah Ending-nya Yang Terkesan

Menelusuri Cerpen-cerpen Religius

Kesan-kesan pertama kali yang ada sesudah membaca buku ini ialah menarik dan gampang dimengerti pembaca pemula. Marwanto meningkatkan gagasan ke narasi, yang sudah pasti dibarengi perselisihan, seperti air yang mengucur dari pegunungan: jernih dan tidak terhentikan ke arah muara. Perselisihan yang diperlihatkan buku ini berkesan agak miring, tetapi kerap disudahi ending yang mengagetkan.

Disini menariknya, karena salah satunya ciri-ciri cerpen yang bagus ialah ending-nya yang terkesan. Selanjutnya bila menyaksikan penampilan sampul buku, pembaca langsung akan rasakan banyak sekali narasi yang dibungkus dan datangkan wewangian wangi (harum) dalam frame pilihan kata dengan rapi dan terbangun, hingga gampang mengantar pembaca masuk ke jalan ceritanya.

Ke-15 cerpen di buku ini bercerita hal kehidupan setiap hari: dinamika sosial, politik, agama, sampai romantika memiliki keluarga. Topik yang diambil dari peristiwa sehari-harinya dengan garapan simpel ini malah terkesan karena selainnya pembaca berasa tidak memiliki jarak, tak perlu terlampau mengernyitkan kening untuk ikuti jalan cerita dari sejak awalnya sampai akhir. Cuma pembaca perlu “berhati-hati” saat masuk akhir narasi, karena mayoritas pesan cerpen di buku ini ditempatkan di ending.

Pada umumnya, cerpen-cerpen di buku ini tawarkan sikap toleran dalam hadapi dinamika hidup di tanah air, yang ditempati oleh masyarakat dengan background bermacam. Toleran bukan hanya antara agama, tetapi pengetahuan pada sebuah agama. Selebihnya, mengusung peristiwa sosial yang mengikuti perayaan ritus keagamaan, perubahan adat dalam rayakan hari raya keagamaan yang mulai terkikis oleh pola hidup kekinian atau ditembus peralihan jaman. mengenai masifnya penetratif politik di kehidupan beragama.

Cerpen Yang Mengusung Toleran Antara Umat Beragama

Cerpen yang mengusung toleran antara umat beragama secara mencolok dijumpai di cerpen yang dengan judul “Wewangian Harum Anak-anak Serambi”. Di cerpen itu sebetulnya penulis bukan hanya sampaikan pesan toleran, tetapi juga coba memberikan arti yang bertambah luas pada peranan tempat beribadah, yaitu saat terjadi masalah bisa tidaknya mushola dipakai untuk umumkan informasi kematian seorang Nasrani.

Cerpen yang memvisualisasikan toleran dalam pengetahuan satu agama, dapat dijumpai di cerpen yang dengan judul “Dengar Suara Azan”. Cerpen ini bercerita berkenaan ketidaksamaan penglihatan di antara angkatan tua dan muda dalam membuat nasjid di lokasi yang menyeramkan. Sementara cerpen yang mengusung peristiwa dinamika sosial dalam bebatan perayaan ritus keagamaan, perubahan adat dalam rayakan hari raya keagamaan, umumnya menceritakan mengenai momen hari lebaran.

Minimal ada enam judul cerpen yang terkait dengan lebaran, yaitu: “Seperti Lebaran Tahun Lalu”, “Pekikan Hari Raya (THR)”, “Oleh-olehan Lebaran”, “Kenangan Lebaran”, “Paku yang Keseratus”, dan “Di Teras, Bila Waktunya Datang”. Di cerpen-cerpen itu diangkat figur khusus dengan bermacam karier (TKW, pembantu rumah tangga, pensiunan, tukang tambal ban) saat hadapi peliknya masalah hidup dan harus rayakan lebaran -tapi sebgian menyuguhkan jika momen lebaran selalu datangkan keceriaan untuk ditempuh.

Cerpen dengan judul “Hadiah Kemenangan” menceritakan ihwal lebaran

Cerpen dengan judul “Hadiah Kemenangan” menceritakan ihwal lebaran, tetapi lebih mengutamakan penelusuran keberadaan diri dari si figur, pengembaraannya cari dan mendapati (ditambah pada akhirnya memercayai) Tuhan dan agama yang diyakininya. Cerpen ini secara isi berat, tetapi dua taktik yang dipakai penulis untuk membikin cerpen ini berkesan cair nampaknya sukses. Pertama, cerpen ini dibuka dengan puisi dari rekan si figur khusus. Ke-2 , ada beberapa diskusi yang kocak dan enteng mengenai dua figur yang dikisahkan.

Irit saya, buku kumcer ini dapat dijadikan salah satunya alternative bacaan sastra yang mengasyikan antara bacaa-bacaan sastra yang ada. Walau nyaris keseluruhnya cerpen-cerpen di buku ini mengusung topik keagamaan dalam dinamika sosial, tetapi karena di setiap judul selalu mendatangkan peristiwa unik dan pendekatan yang unik, pembaca dijamin tidak berasa jemu dan jemu membacanya.

Pada akhirnya, membaca cerpen-cerpen di buku ini ibarat menelusuri wewangian harum peristiwa keagamaan disekitaran kita.

  • Judul Buku : Wewangian Harum Anak-anak Serambi
  • Penulis : Marwanto
  • Penerbit : Poesies Indonesia, Cirebon Jawa Barat.
  • Cetakan : Pertama, November 2021
  • Tebal : vi+102 Halaman
  • ISBN : 978-623-97730-9-0