Menyemai Toleran Semenjak Umur Awal Memetik Kenyamanan Hati Ditengah-tengah Ketidaksamaan Religius

patromaks.com – Menyemai Toleran Semenjak Umur Awal Memetik Kenyamanan Hati Ditengah-tengah Ketidaksamaan Religius. Bila ditanyakan kapan waktu yang pas untuk menyemai bibit toleran? Jawabannya ialah semenjak umur dini. Hal tersebut tidak terlepas pengalaman dari saya sendiri.

Sejak dari kecil saya terlatih dengan lingkungan tumbuh berkembang yang lain secara budaya atau agama. Dan itu jadi golden event yang membuat sikap toleran. Tidak dengan dan Merta, tetapi ala-ala bisa disebabkan biasa.

Jadi individu yang ingin terima ketidaksamaan ialah kunci arti kata toleran tersebut. Bermula dari ingin terima selanjutnya tidak jaga jarak sampai tercipta sikap yang dapat bekerja bersama dengan semangat persaudaraan tanpa menyaksikan ketidaksamaan.

Berlainan kepercayaan, sampai penglihatan hidup bukan argumen kita untuk menjauhi dari ditambah memusuhi. Kita hidup di negara bhineka yang buka dengan semua khasanah budaya yang ada. Apa yang terjadi bila kita tidak jika dibalik semua ketidaksamaan itu ada sebuah keelokan yang tidak Terperi.

Periode kecil dahulu, keluarga kami bertetangga dengan kelompok Tiong hwa. Saat perayaan Imlek misalkan, walau belum seramai saat ini tetapi keluarga saya memperkenalkan simbol-simbol begitu cantiknya lampion yang mereka pasang.

Begitupun saat perayaan hari besar umat Nasrani. Bukan sebuah kebenaran, kepala sekolah SD beragama Katholik, tiap Natal datang saya dan beberapa rekan semenjak pagi telah berhias elok, menggunakan pakaian baru seperti lebaran. Kami memberikan hadiah natal dan makan bersama beberapa guru yang lain yang turut menemani.

Semua Ornament Agama Menerangkan Dari Segi Keelokan Seni Dan Ketidaksamaan Kepercayaan Yang Harus Disegani

Menyemai Toleran Semenjak Umur Awal Memetik Kenyamanan Hati Ditengah-tengah Ketidaksamaan Religius

Semenjak kecil saat menyaksikan patung Yesus Kristus, Patung Budha dan semua ornament agama lain orangtua menerangkan dari segi keelokan seni sekalian ketidaksamaan kepercayaan yang tetap harus disegani.

Ya, umur dini atau babak anak-anak seperti golden event. Waktu terbaik kita menyemai bibit Toleran. Tanpa indoktrinasi karena itu melatih memperkenalkan ide berlainan itu cantik akan sendirinya tumbuhkan bibit toleran yang terpupuk sampai kapan saja.

Saat dewasa datang, tidak terkejutblagi akan arti ketidaksamaan religius. Berlainan agama bukan lalu kita tidak dapat bekerja sama. Ketidaksamaan kepercayaan bukan juga penghalang kita untuk selalu merajut persahabatan, persaudaraan.

Sampai sekarang ini saya terasa nyaman saat ada di rekan-rekan yang lain latarbelakang agama. Apa saja agama yang diyakini, percayalah ada kebaikan universal yang sanggup datangkan kebaikan dan kenyamanan.

Tidak cuma dari kelompok Nasrani saja, Toleran harus juga berlaku pada agama/kepercayaan lain. Sebutlah saja Hindu, Budha, Bahkan juga tersangkut keyakinan lain sejauh tidak sebagai sekte/tuntunan menyimpang dengan semua penyelewengan sosial.

Hal tersebut juga yang selanjutnya jadikan saya tak pernah sangsi sedikitpun berkawan dengan siapa dari background agama dan budaya apa. Sampai satu saat saya pernah rasakan enaknya buka puasa dan makan sahur di Kota Jayapura range tahun 2005. Kepuasan itu bukan tanpa ada alasan, ingat saya tinggal di dalam rumah yang pemiliknya notabene beragama Nasrani.

Pokok dari Toleran, tidak perlu resah dengan semua ketidaksamaan

Hukum tanam -tuai selalu berakhir. Saat kita sanggup buka diri terima ketidaksamaan dalam sikap toleran, karena itu percayalah seseorang akan berlaku kebalikannya. Teringat bapak Toleran bangsa , mendiang Gus Dur yang selalu rileks menanggapi semua ketidaksamaan.

Pokok dari Toleran, tidak perlu resah dengan semua ketidaksamaan. Cari segi kesamaan. Bila kita ialah sama masyarakat negara Indonesia karena itu apa yang perlu kita ributkan atas semua berbeda. Toh Tuhan saja memberi banyak macam ketidaksamaan nyaris setiap rentang alam dan makhluk ciptaanNya. Lalu, mengapa kita sebagai manusia masih tetap ada yang ingin memaksa diri supaya semuanya wajib sama?.

Keelokan Toleran itu makin riil kelihatan saat saat ini. Di mana kaum muslim tengah jalani beribadah puasa. Bersamaan juga umat Nasrani rayakan serangkaian beribadah paskah diawali dari Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Abu. Bahkan juga dalam serangkaian tersebutpun umat Nasrani jalani puasa menurut langkah mereka.

Maka apa masih kita tutup rapat pintu toleran? Tidak boleh menyesal pada saat kita melewati cantiknya kerukunan di antara umat beragama karena telat menyemai nilai toleran. Karena umur dini jadi kunci terbukanya pintu-pintu kebersama-samaan dalam frame ketidaksamaan.Dan itu sebuah investasi kenyamanan hati nantinya masa datang.

salam damai penuh kasih.

Selamat Paskah untuk kawan-kawan Nasrani,

selamat melaksanakan ibadah di Bulan Suci Ramadan untuk kawan-kawan muslim.