Penyanyi Indonesia Mempopulerkan Budaya Indonesia Melalui Lagu Mandarin

patromaks.com – Di Cina banyak yang mencintai sejumlah lagu Indonesia, seperti lagu ‘Dayung Sampan’, ‘Sing Sing So’, ‘Bengawan Solo’, ‘Ayo Mama’, serta lagu yang lain.

Juga sejumlah lagu Indonesia benar-benar populer di Cina. Akan tetapi beberapa orang tidak mengerti jika sejumlah lagu itu ialah lagu Indonesia yang dialihkan ke bahasa Mandarin.

Sejumlah lagu Indonesia yang dialihkan ke bahasa Mandarin sudah lebih memajukan peralihan seni budaya di antara Cina dengan Indonesia.

Akan tetapi sayang sejumlah lagu Mandarin di Indonesia kurang populis serta mengenyam stagnasi di negeri sendiri.

“Lagu Mandarin sulit berkembang sewaktu sekarang ini. Sama baiknya apa saja kita menyanyi selalu ‘bulan di luar lebih bulat’, alias ‘rumput tetangga lebih hijau’. Harga kita kemampuannce tidak dapat dengan tinggi bulan di luar. Namun saya mengucapkan syukur saja,” papar vokalis Mandarin, Calvin Qiu, waktu ditemui di Jakarta.

Lagu Mandarin, sama juga dengan sejumlah lagu etnik yang lain kerap terpinggirkan di industri budaya pop. Cuman sejumlah lagu etnik saja yang terakomodir, seperti lagu Jawa, Sunda, Batak, Minang, Ambon, serta lagu wilayah yang lain.

Walau sebenarnya Indonesia punyai lebih dari 300 group etnik yang terbagi dalam 1.340 suku, antara lainnya suku Tionghoa.

Mandarin adalah bahasa sebagai kekayaan khasanah budaya bangsa di Indonesia, dari suku Tionghoa. Suku Tionghoa udah bergabung menjadi satu diantara etnik di Indonesia, sama juga dengan etnik generasi Arab, India, serta Eropa, yang banyak juga di Indonesia.

Pendahulu orang Tionghoa-Indonesia berimigrasi secara bergelombang sejak mulai beberapa ribu tahun yang lalu lewat kesibukan perniagaan.

Calvin Qiu Memperkenalkan Budaya Indonesia Melalui Lagu Mandirin

Calvin Qiu

“Angan-angan saya sebagai seniman utamanya vokalis kita dapat akur. Sama sama memuliakan serta sama sama menyuport kreasi putera bangsa Indonesia. NKRI harga mati,” papar vokalis kelahiran Banda Aceh, 14 Agustus 1976 ini.

Masih membahas lagu Mandarin, menurut Calvin Qiu, di Indonesia perubahannya menjadi kendala. Pasarnya masih segmented (terbatas). Cuman dicicipi etnik khusus serta beberapa fans sejumlah lagu Mandarin. Sejumlah lagu Mandarin muncul cuman pada moment khusus serupa pada perayaan Imlek.

“Sama juga dengan sejumlah lagu pop yang lain, semestinya lagu Mandarin ada peluang pun muncul di TV. Angan-angan saya lagu Mandarin pun dapat menjadi soundtrack film atau film sinetron, biar cepat diserap penduduk Indonesia,” harapannya.

30 tahun udah Calvin Qiu, berpengalaman dengan suka ria menjajaki karier sebagai vokalis lagu Mandarin. Pergi dari talenta alam (otodidak), seterusnya coba peruntungan jadi vokalis karaoke, serta vokalis pentas.

“Menyanyi memang saya hobi. Dari kecil. Orang ngomong talenta alam. Di sekolah saya kerap dipilih menyanyi. Orangtuaku dahulu berjualan kaset serta piringan hitam . Sehingga banyak lagu yang saya tahu dari kaset serta piringan hitam berjualan papi Mama,” ingat Calvin Qiu, yang mengakui mencintai lagu Arie Wibowo, ‘Singkong serta Keju’, dan lagu ‘Si Jantung Hati’.

Tahun 1996 Calvin Qiu sempat meneruskan sekolah di Feng Jia Da Xue Taiwan. Enam bulan awal di Taiwan dia sekalian perdalam belajar bahasa Mandarin. Karena di saat itu potensi berbahasa Mandarinnya dipandang buruk. Dia lantas belajar rekaman nada di Hi Lee Recording Taiwan di bawah Lindungan Mr. Zhou.

“Tahun 1997 saya kembali ke Indonesia. Sempat masuk di Unicon Lokasari. Menyanyi tiap-tiap Jumat serta Sabtu. Masuk dengan vokalis dari Cina, sekalian makin pengalaman,” papar vokalis yang kuasai alat musik guitar serta Keyboard ini.

Peralihan Budaya Melalui Lagu

Peralihan kebudayaan adalah mata rantai penting dalam jalinan internasional. Tidak cuma dapat mempromokan perkembangan semasing faksi. “Dan juga untuk jamin jalinan pertemanan yang bagus di antara penduduk,” bebernya.

Lewat sejumlah lagu Mandarin, Calvin Qiu, sudah menelusuri bumi. Berlanglangbuana ke seantero dunia dalam rencana diplomasi budaya.

Kreasi serta prestasinya gak disangsikan. Dia memenangkan pelbagai laga lagu Mandarin, baik pada tingkat nasional ataupun internasional.

Calvin Qiu raih Juara 1 pada Mandarin Song Festival Beijing 1999, yang digelar BTV. “Laga itu antara lain dituruti beberapa vokalis berasal dari Amerika, Korea, Nigeria, Japan, serta Negara yang lain,” jelasnya.

Tahun 2003, Calvin Qiu kembali memenangkan gelaran sama di Indonesia, yang diadakan Sky Music Enterprise. Festival lagu Mandarin ini dituruti peserta dari 10 Negara; Indonesia, Singapore, Malaysia, Thailand, Hongkong, China, Australia, Amerika, Jepang, serta Canada.

“Saya sempat pula kerja sebagai menyanyi di Kapal Judi Star Cruse Virgo, Singapore, Malaysia, Australia, China Beijing. Tampil pun di Festival Yang Ning China serta di banyak kota di Cina, Chang Chun, Monggolia, serta kota yang lain,” ingat Calvin Qiu.

Dalam negeri Calvin Qiu pun cukup exist. Banyak kota disinggahinya untuk menyanyi. Dari dimulai Banda Aceh, Jambi, Belitung, Palembang, Minggu Baru, Medan, Brastagi, Kalimantan, Pemamgkat, Singkawang, Jakarta, Bandung, Bali, Jember, Yogyakarta, Surbaya, Malang, Banyuwangi, Tegal, Pulau Panipahan, Pulau Sikapa, serta wilayah yang lain.

“Saya tidak cuma tampil menyanyikan lagu Mandarin. Dan juga lagu pop lain, seperti lagunya Ebiet G.Ade, ‘Titip Kangen Buat Ayah’ serta ‘Berita Pada Teman’. Pun lagu Barat, semisalnya lagu ‘My Way, ‘Unchaned Melody’, serta ‘Is Now Or Never’, ‘Take Me Home’, ‘Country Road,” bebernya.

Menurut Calvin Qiu, beberapa eksekutor seni mesti melakukan titik temu dalam titik khusus. Tidak cuma mengutamakan idealisme berkeseniannya, namun dapat pula penuhi keperluan hidup.

Anjurannya, Pemerintahan mesti bertindak aktif, terlebih dalam soal tuntunan, publikasi dan membuat perlindungan kreasi seni dari kehancuran karena modernisasi.

“Saat ini saat masih kuat serta sehat mengapa tidak turut mengupayakan lebih mempopulerkan lagu Mandarin biar lebih dapat diketahui hingga ke manca Negara. Akan tetapi sekurang-kurangnya nasib kami pun jadi perhatian Pemerintahan, terlebih berkaitan dengan nafkah. Karena kami cuman hidup dari menyanyi,” papar Calvin Qiu sebagai wakil nasib vokalis Mandarin yang lain.

Sekarang ini, kata Calvin Qiu, beberapa hal jadi kendala buat beberapa eksekutor seni, serta inisiator. Terlebih mereka yang concern pada kesenian untuk kerjakan pengembangan biar lebih connected serta terkait pada kondisi sekarang ini.

Musik Indonesia mengenyam euforia kebebasan berkreasi serta dengarkan. Sekarang ini, katanya, penduduk secara mudah dengarkan musik yang mereka sukai.

Waktu technologi digital bawa warna khusus — mulai dengan metode serta proses beberapa musisi berkreasi, memposting, sampai style performanya.

“Dalam sekejap, suatu kreasi langsung bisa dicapai pelosok dunia, dan munculkan digital native. Tanpa filter. Semua conten berkaitan dengan musik dapat dicapai,” pungkasnya.

Angan-angan Calvin Qiu, mudah-mudahan di waktu nantinya lebih banyak bibit-bibit vokalis Mandarin. Mereka ingin belajar, bagaimana jadi seseorang entertainer professional.