Perlihatkan Kasih sebagai Self-Graceful Lewat Komunikasi

patromaks – Remaja susah bicara dan terbuka ke keluarga (significant others), terutamanya orangtua, ialah masalah yang sering dirasakan. Masalah dalam berbicara beberapa aspek terpenting yang mendasarinya.

Alfred Adler sebagai seorang psikiater dan evolusi yang hasil pikirannya berkenaan teori psikologi personalitas individu, di mana pemikirannyatersebut berlainan dengan Sigmand Freud. Adler menyampaikan jika berhubungan antarmanusia akan memunculkan perselisihan karena ada ketidaksamaan penglihatan, hingga untuk menyelesaikannya lewat komunikasi.

Tetapi, implikasi komunikasi yang sudah dilakukan ialah diawali dari diri kita dengan atur pola pikir dan mengurus harapan. Ini sama sama seperti yang dikatakan oleh Julia T Wood (2014:66) jika komunikasi sebagai lambang yang memiliki sifat verbal dan nonverbal, lalu sebagai langkah awal dalam pahami kemampuan bahasa (verbal) mempunyai tiga karakter yaitu arbitrariness, ambiguity, dan abstraction.

Dalam kata lain, saat berbicara, bahasa (language) memiliki peran penting yang serupa keutamaan dengan komunikasi nonverbal. Tetapi berkaitan dalam kegiatan komunikasi tentu saja akan ada ketidaksamaan opini yang berbuntut perselisihan karena komunikasi mempunyai tiga karakter itu.

Ada jarak umur di antara remaja dengan orangtua pasti bisa memunculkan masalah tertentu, yang usai dengan perkasa dari orangtua pada anak remajanya. Akibatnya karena sikap yang sudah dilakukan ini, membuat remaja jadi malas untuk buka diri (selfdisclosure) pada keluarganya.

Hingga, mereka akan cari tempat sebagai alirannya untuk kurangi sumbatan yang dirasa. Adler menambah, persoalan komunikasi interpersonal bisa mempengaruhi jalinan interpersonal yang dapat dituntaskan dengan komunikasi, ialah tidak menginterupsi apa sebagai pekerjaan hidupnya yaitu “pembagian pekerjaan”.

Peristiwa sosial yang kerap kali terjadi orangtua lakukan kekerasan baik fisik atau verbal sebagai pendekatan efisien. Mengaplikasikan I-attitude dan You-language membuat pesan yang ingin dikatakan sebagai arah yang bagus jadi susah terbentuk.

Selanjutnya, mempengaruhi kemandirian yang tercipta dalam diri mereka karena apa sebagai pekerjaan hidupnya selalu turut serta, membuat beberapa remaja susah menjadi masalah solving pada beragam permasalahan yang ditemui. Dale G. Leathers (Karunia, 2019:110) mengatakan pengalaman mempengaruhi pemahaman manusia dalam memberi makna.

Jika, pengalaman yang dipunyai terbatas, karena itu pengetahuannya juga terbatas, hingga saat menuntaskan persoalan memerlukan kontribusi dengan mengikutsertakan faksi lain sebagai penuntasan permasalahan.

Perlihatkan Kasih sebagai Self-Graceful Lewat Komunikasi

Perlihatkan Kasih sebagai Self-Graceful Lewat Komunikasi

Manusia pasti memerlukan pengetahuan sebagai pembekalan dianya, oleh karena itu arah pengajaran ialah kemandirian. Pengajaran yang didapat dari keluarga, sekolah mempunyai satu arah yaitu bagaimana membuat personalitas diri pribadi dengan berdikari.

Dalam makna, orang-tua bukan melepas anak-anak mereka tanpa diberi pembekalan, tetapi pola pikir pengajaran bukan mengintervensi dengan berlaku perkasa dan anak jadi inferior, tetapi orangtua menemani untuk raih kemandirian mereka.

Adler mengatakan sebagai pengetahuan manusia, di mana manusia berhubungan dengan manusia yang lain langsung, karena itu sebenarnya proses pengetahuan manusia sedang berjalan terjadi dalam beragam jalinan yang ditempuh manusia.

Balik lagi, Adler mengatakan sebagai dua target sikap yaitu jadi berdikari, dan hidup serasi dengan warga. Pada proses pembangunan diri manusia alami perubahan ide dengan pertambahan umur, pengalaman yang dirasakan, maka mempengaruhi bagaimana pengetahuan ide pada dianya semakin bertambah saat berhubungan dengan inner circlenya sampai saat jalani satu ketentuan dan etika yang berjalan dalam masyarakat.

Bagaimana sebenarnya orangtua berperangai? Penting lakukan rasa hormat dalam diri seorang tanpa melihat siapa komunikannya, dalam masalah ini ialah remaja. Psikiater Sosial Erich Fromm mengatakan menghargai memiliki arti perduli jika seseorang berkembang dan berkembang seperti ada dianya.

Makna rasa hormat di sini memiliki arti menyaksikan seorang apa yang ada,diharap orangtua menghargai anak-anaknya terlebih dahulu. Karena, tanpa rasa hormat jalinan interpersonal susah diwujudkan secara baik. Disamping itu, pada umur remaja yang disebut umur pembangunan diri dengan cari jati dianya.

Karakter umur remaja itu, pasti membuat beberapa orangtua gampang kepancing akan rasa kemarahan pada sikap dan sikap yang dihidangkan oleh anak remaja. Memperlihatkan kasih sebagai tanggapan dari orangtua pada anak remajanya, akan membuat keanggunan diri (self-graceful) saat anak remajanya berhubungan sama orang lain di luar lingkungan keluarga. Menerapkan rasa hormat mengisyaratkan kekuatan menyaksikan seorang seperti ada dianya, dengan makna terima jika manusia unik sebagai pribadi.