Riset: Religius Dampaki Kepuasan Seksual

Kepuasan seksual kemungkinan berkaitan dengan beberapa hal, salah satunya yang mengundang bertanya ialah hubungan dengan segi religius.

patromaks.com, JAKARTA – Sebuah riset mendapati jika tingkat spiritual seorang terkait dengan kepuasan seksual di kelompok pasangan yang telah menikah. Riset itu di-launching dalam Journal of Famili Psychology pada Juni 2021.

Riset itu dilaksanakan pada lebih dari 2000 simpatisan yang aktif secara seksual. Selanjutnya mereka ditanyakan sekitar kereligiusan, kendala dalam seksual, pengudusan seksual, dan kepuasan. Disana diketemukan jika tingkat spiritual seorang mempengaruhi kepuasan seksual.

Simpatisan spiritual yang memandang nafsu seksual ialah hal yang terlarang atau kendala dalam seksual dijumpai mempunyai tingkat kepuasan yang rendah. Sementara simpatisan yang berasumsi hubungan seks dengan pasangannya ialah hal yang suci mempunyai tingkat kepuasan yang tinggi.

Dikatakan oleh periset dari University of Toronto Kanada Nathan Leonhardt, dia kerap dengar bagaimana agama bisa mempengaruhi hubungan seks beberapa orang, tetapi tetap terbatas riset berkaitan hal tersebut. Karena itu, dia juga usaha menunjukkan apa ‘kabar’ itu betul atau mungkin tidak.

Agama Dapat Memberi Dorongan Yang Positif Atau Negatif Pada Hubungan Seks

Riset: Religius Dampaki Kepuasan Seksual

“Bila beberapa orang yang terima pesan spiritual mengenai seksualitas ialah suatu hal yang suci, disucikan supaya bersama pembuat yang lain dan Tuhan, dan dibuat untuk menolong pasangan rasakan kepuasan, dan tingkatkan loyalitas mereka, agama menjadi suatu hal yang positif pada jalinan mereka. Dengan riset ini, maksudnya ialah lebih pahami bagaimana agama dapat memberi dorongan yang positif atau negatif pada hubungan seks,” kata Leonhardt diambil dari Psypost.

Disamping itu, periset ikut mendapati jika kereligiusan pria bisa memprediksi kesucian seksual pasangan mereka. Sementara kereligiusan wanita tidak dapat meramalkan kesucian seksual pria. Leonhardt menyangka ini karena pria kelihatan sebagai seorang penjaga untuk mensucikan sex dalam jalinan, apa lagi di dalam ada banyak agama pria sebagai pimpinan.

Walau demikian, riset ini masih mempunyai batas, karena agama sebagai suatu hal yang sulit. Disamping itu, ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi kepuasan seksual pada seorang, seperti sikap sehat dan kurang sehat dan perilaku mereka.

Tetapi, Leonhardt mengharap riset ini bisa menggerakkan lebih beberapa orang untuk menimbang bagaimana agama bisa tingkatkan hubungan seks pasangan.

“Kami masih cari tahu factor yang lain yang turut serta saat agama terkait dengan rendahnya kepuasan seksual,” tutup Leonhardt.